Aneh sekali Bus Terhisap, tersedot Magnet di Madinah

Ali menghentikan busnya, melepas pijakan kaki pada pedal gas dan rem, persneling dalam posisi netral, mesin kendaraan tetap menyala. Setelah bus terdorong ke belakang dan berhenti beberapa meter, Ali menginjak pedal gas, membuat kendaraan melaju dengan kecepatan maksimal cuma 60 kilometer per jam, padahal pedal gas sudah ditekan habis. Berbeda ketika bus berisi 21 penumpang jemaah umrah asal Nusa Tenggara Barat itu berbalik arah. 

Tanpa diinjak pedal gas, persneling netral, mesin menyala, justru jarum speedometer beranjak perlahan dari angka nol sampai menunjuk angka 120 kilometer per jam pada jalan datar. ”Sudah… sudah Pak,” ujar Noorsehan (60), jemaah umrah asal Denpasar, Bali, yang tampaknya ketakutan diajak lari kencang. Lewat Dedi Nasution, Ali pun paham, lalu menginjak pedal rem bus guna mengurangi kecepatan kendaraannya.

Peristiwa itu terjadi di jalan raya Jabal (gunung) Magnet, sekitar 40 km utara Madinah, atau di belakang kawasan Jabal Uhud, obyek ziarah tempat terjadinya perang Uhud antara kaum Muslimin dan Musyrikin. Jalan ini panjangnya 4 km dengan lebar 30 meter, yang salah satu ujungnya buntu terhalang bukit, dan dibuatkan jalan melingkar (bundaran) untuk memutar kendaraan, atau berhenti sejenak guna memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk berfoto-foto.

Lokasi ini dikelilingi gunung yang berbentuk melebar dengan puncak rendah atau berbeda dengan di Indonesia yang gunungnya berbentuk kerucut. Lokasi yang tandus, gersang, berdebu, dan sepi tak berpenghuni, seakan menegaskan sebutan tempat itu sebagai ”daerah” atau ”kampung putih” (mantiqa baidha). 

Hanya mobil pribadi dan bus jemaah umrah yang melintas, melongok, dan membayar rasa penasaran akan fenomena alam kawasan itu. Ada pula beberapa anak muda yang iseng main ”kebut-kebutan” mengendarai sepeda motor ATV (all terrain vechicle) di tengah padang pasir dekat lokasi bundaran itu. 

Adanya daya magnet di jabal itu, kata Ali sang sopir, diketahui seorang warga Arab Badui yang memarkir mobilnya di lokasi itu. Kebetulan, saat itu rem tangan mobil tidak diaktifkan, tapi mobil berjalan sendiri. Cerita itu lalu berkembang dari mulut ke mulut dan menyebar hingga pelosok jazirah bahkan keluar negeri. 

Pohon Soekarno Lokasi yang bisa dicapai sekitar 60 menit dari Madinah itu sempat ”ditutup” mengingat adanya perbedaan pemahaman dan keyakinan para pengunjung, seperti menganggap tempat itu ”keramat” lalu mengadakan ritual keagamaan, yang cara-cara itu dilarang oleh Pemerintah Arab Saudi. 

”Belakangan lokasi dibuka lagi. Pengunjung dilarang melakukan aktivitas keagamaan di sana, kecuali untuk obyek wisata,” kata Kurtubi, pemandu jemaah umrah/haji di Mekkah asal Lombok, NTB. Lokasi itu dibenahi guna memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Di bundaran tadi terlihat taman yang dalam proses pengerjaan, sejumlah pohon mimba, imbo, imbe (bahasa Sasak, Lombok), ataupun mindi (Malia azedarach) yang mulai tumbuh. 

Pemerintah negeri kaya minyak itu ingin menghijaukan tempat itu. Jemaah Indonesia boleh bangga sebab pohon ini kabarnya diimpor dari Indonesia semasa Presiden Soekarno, yang kemudian dibudidayakan sebagai pohon pelindung di Madinah dan Mekkah. 

Didik D Agustawijaya, geolog yang juga staf dosen Fakultas Teknik Universitas Mataram, mengatakan, mungkin fenomena jabal magnet adalah sebuah keajaiban karena sangat jarang terjadi di tempat lain. 

Namun, keajaiban itu bisa dijelaskan secara geologis. Bumi sendiri adalah medan magnet, sementara Madinah dan Mekkah banyak mengandung batu-batuan, di antaranya batuan granit dan diorite yang kadar logamnya cukup tinggi. 

Boleh jadi efek yang terjadi adalah tiap benda yang mengandung logam terdorong atau ditarik oleh daya magnetik itu. Telaahan lain menyebutkan, Madinah dan sekitarnya berada di atas Arabian Shield tua berumur 700-an tahun. Kawasan ini mengandung endapan lava alkali basaltik. Lava bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40 km melalui zona rekahan sepanjang 600 km yang dikenal dengan Makkah-Madinah-Nufud volcanic line. 

(situs infoluarbiasa.com). Disebutkan pula, otoritas Saudi Geological Survey tahun 1999 dikejutkan dengan aktivitas gempa kecil terus-menerus di daerah Harrah Rahat yang merupakan pertanda naiknya sejumlah besar magma. Aktivitas kegempaan ini sangat dimungkinkan terjadinya migrasi magma yang sebagian menyusup ke bawah Jabal Magnet sehingga muncul medan magnetik (daya tarik bumi) ke permukaan kawasan itu. 

Akan tetapi, acapkali aspek logika kurang nyambung dengan ”kesadaran akhirat”. Seorang ustaz asal Medan yang ditemui di lokasi mengatakan, menjelang kiamat, Madinah dan Mekkah bebas dari dajal alias setan. Apakah di jabal magnet ini tempat berkumpulnya dajal dan tarikan magnet yang lebih besar ke Madinah mengisyaratkan agar manusia tidak ditarik ke jabal magnet, wallahu a’lambissawab,” katanya. 

AYO BERAMAL GABUNG FOLLOWER

Popular Posts